I LIKE PINK

kusuka dengan sebuah perubahan

Senin, 14 Desember 2015

Iseng lagi

Niatnya cuma posting satu tulisan yang sudah beberapa hari jadi draft di lapotop
dan entah kenapa malah ada kesalahan,, postigan lama terpublikasi ulang,,,yaa sudahlah
toh itu postingan tentang kesyukuranku untuk jadwal ujian meja yang sudah lama ditunggu-tunggu

Kubiarkan saja karena rasanya pas dengan momen sekarang,,masa-masa galau waktu S1 dulu karena kebelet segera selesai seperti terulang lagi sekarang (yaa iyalah,,klo sekarang mah bukan main-main lagi kebeletnya,,siapa yang mau bayar 3 juta lagi untuk satu semester)

Akhirnya tangan ini gatal untuk menulis satu postingan ini lagi
Minggu depan, 21 Desember 2015 insyaAllah saya bakal seminar hasil
Tanggalnya mungin tidak secantik momen S1 dulu tapi semoga hasilnya seindah dulu
Belum berasa dumba'-dumba' tapi lebih ke perasaan khawatir,,bagaimana klo Ibu D*ah tidak bisa hadir,,bagaimana kalo pak A*ex yang jadi moderator,,bagaimana kalau saya nervous dan jadi ngeblank,,semoga tidak ya Allah

Tekad ku untuk segera lulus S2 ini jauh lebih besar dari S1 dulu
Saya harus segera selesai biar tidak bayar spp lagi,,
saya harus segera selesai karena saya kangen mama, adek, dan Makassar
saya harus segera selesai karena saya mau segera bisa bekerja untuk bantu mama
pokoknya lebih banyak pendorong untuk segera selesai

Tulisan ini mungkin cuma sekedar tulisan iseng ditengah kekhawatiran menjelang seminar hasil
tapi harapan yang terlampir bersama tulisan sungguh sangat besar
Harapan yang disetiap doa tidak pernah terlupa untuk dipanjatkan
Yaa kembali lagi apapun ketetapanNya itulah yang terbaik
tapi semoga momen tanggal 21 desember itu akan berjalan sesuai harapan 
Jadi begitu saya kembali ke laman blog ini setelah tanggal 21 saya akan bercerita tentang harapan baru untuk menuju menyelesaikan S2 ini,,memenuhi segala "tekad" itu...
Aaminn

Bogor, 14 Desember 2015 (22:17)



A pieces of story in bogor

Bogor...sebenarnya sudah lama sekali saya mau menulis dan menceritakan tentang sisi kehidupan baru yang saya jalani di kota hujan ini. Tapi selalu saja ada halangannya, dan malam ini mumpung lagi ingat dan lagi pengen nulis, ku buat saja sebagai draft di laptop, entah kapan akan saya post ke blog.

Bogor...kota hujan yang bahkan tidak pernah sedikit pun sebelumnya saya berfikir akan berada di kota ini. Ketika kuliah S1 dulu memang tidak pernah punya plan untuk lanjut S2. Mindset saya waktu itu, selesai kuliah langsung cari kerja. Saya tidak mau terus-terusan menyusahkan mama yang sudah sangat bekerja keras untuk menyekolahkan saya dan adik. Namun takdir berkata lain. Di penghujung masa kuliah, beasiswa BPPDN calon dosen menjadi hot topic di kampus. Beberapa senior sudah lebih dulu sukses lulus dan kuliah di pulau jawa. Tergoda??,,,ya tentu saja. Siapa yang tidak mau lanjut kuliah, dibiayai,, plus biaya hidup yang tidak sedikit dan menjadi calon dosen pula. Tekad itu pun tumbuh seketika, dan tumbuh sangat cepat.  Kondisi waktu itu pun menyulitkan saya untuk mendapat pekerjaan. Akhirnya lanjut kuliah S2 menjadi alternatif paling menggiurkan saat itu. Mama dan keluarga pun menyetujui. Dan mengalirlah semuanya. Tapi jangan fikir kalau saya mendapatkannya dengan mudah. Berbeda dengan kebanyakan teman saya, banyak perjuangan yang harus saya lewati. Saya memang mempersipakan semuanya dengan lebih serius. Dibandingkan teman saya yang lain, kalau bisa dibilang saya mempersiapkan lebih memang. Target saya waktu itu memang antara UGM atau IPB. Untuk ke UGM saya butuh sertifikat TOEFL dan TPA minimal 500. Dan untuk itulah saya berjuang lebih. Uang beasiswa terakhir saya gunakan untuk daftar tes TOEFL dan TPA. Saya tidak ikut kursus seperti beberapa teman ataupun senior saya. Tidak ada biaya. Saya pun berusaha belajar sendiri. Baca buku ini itu, buka web sana sini. Sampai akhirnya saya berhasil dapat sertifikatnya tapi untuk TOEFL saya memperoleh skor di bawah 500. Melalui beberapa pertimbangan, salah satunya karena skor TOEFL di bawah 500, saya daftarnya di IPB. Memilih jurusan pun melalui serangkaian galau, konsul sana sini, dan shalat istikharah (mungkin karena perjuangan ini pulalah, saya selalu mendapat sumber kekuatan, bahwa apa yang saya jalani sekarang tidak mudah, butuh perjuangan. Ketika saya menulis ini pun, entah kenapa ada setitik rasa haru jika harus menoleh kembali pada serangkain cerita yang mengiringi saya ke kota ini). Alhamdulillah setelah melalui pengumuman yang cukup mendramatisir dan menegangkan akhirnya saya dan beberapa teman lulus di IPB dengan jurusan berbeda-beda. Untuk saya dan keluarga, ini adalah suatu prestasi. Belum ada keluarga dekat (saudara mama/bapak atau sepupu) yang S2. I’m the first.
Bogor...kini menjadi rumah kedua bagi saya. Tadi ketika melewati jalan di Bara, saya tersadar sudah banyak sekali orang yang saya kenal dan mengenal saya di lingkungan ini. Bagaikan sudah menjadi bagian dari lingkungan ini. Ini pula yang mendorong saya untuk menulis malam ini, mewek malam ini.

Bogor...ketika pertama kali menapakkan kaki di kota ini benar-benar excited. Ini pengalaman baru untuk saya. Pertama kalinya naik pesawat, pertama kalinya keluar pulau sulawesi, pertama kalinya pergi jauh tanpa mama. Semua saya lewati dengan penuh semangat, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya juga mendapat dukungan penuh keluarga. Kuliah dengan suasana yang sangat berbeda, utamanya untuk kedisiplinan. Bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah, mendapat pelajaran dari dosen yang mumpuni. Bagi saya ini semua adalah kesempatan langka. Belum lagi kesempatan jalan-jalan, akhirnya bisa melihat Jekardaaa...dan tempat di jakarta yang pertama kali kami kunjungi waktu itu adalah tanah abang,,hahahahaha,,dengan uang yang lumayan banyak hasil rapelan 3 bulan beasiswa, kami belanja sepuasnya,,bak OKB,,yaa lucu bila mengingatnya lagi. Alhamdulillah, saya juga sudah sempat membawa mama dua kali ke sini (insyaAllah ketiga kalinya nanti sama Eki kalau wisuda ka...Aamiin). Berkat uang beasiswa juga tentunya, saya bisa beli tiket pesawat untuk mama, bawa mama jalan-jalan ke Jakarta, ke tanah abang, ke ragunan, TMII, taman bunga, bisa merilekskan mama sementara dari beban dan kerja kerasnya selama di Makassar, tentunya apa yang saya lakukan selama mama di Bogor tidak ada apa-apanya dengan perjuangan beliau selama ini. Saya harus lebih sukses lagi, untuk membuat mama lebih bahagia. Lanjuttt...saya juga sempat jalan-jalan ke Bandung,,dan daebak moment itu,,saya bisa mencapai puncak Merapi.

Bogor...tentu tidak hanya kisah bahagia yang disajikan. Selama 2 tahun setengah di sini banyak pula kisah sedih. Mulai dari homesick yang sering menyerang tiba-tiba, makanan yang tidak sesuai selera, kosan yang selalu saja ada kurangnya. Kosan pertama horor dan suka banjir, kosan kedua listrik sama airnya mahal, ibu bapak kos nya juga rese. Di kosan ketiga inilah baru kami mendapat sedikit ketenangan. Itu belum seberapa,,hal pahit lainnya lebih banyak datang dari sisi akademik. Tugas, praktikum, dan laporan yang menyita waktu. Belum lagi ujian yang super ketat, sangat berbeda atmosfernya ketika ujian di UNM dulu, bau persaingan sangat ketat di sini. Puncaknya adalah masa-masa penelitian. Baik,,cerita tentang penelitian saya akan mengambil porsi yang lebih besar. Diawali dengan masa-masa mencari judul penelitian, saya dan dua sahabat saya Selis dan Pinta mondar-mandir sana sini, dari dosen satu ke dosen lain cari proyekan untuk penelitian. Sampai akhirnya saya dapat judul lebih dulu tentang teh daun zaitun, disusul Pinta yang dapat judul tentang padi SRI, lalu Selis tentang dead wood. Mulailah kami dengan perjuangan masing-masing. Namun ternyata saya bernasib sedikit lebih buruk dibanding yang lain. Sudah kolokium, sudah mempersiapkan semuanya, bela-belain pulang liburan dari Makassar lebih cepat untuk bisa mulai penelitian tapi tiba-tiba dosen pembimbing bilang proyek kerjasama ini dibatalkan. Kaya disambar petir di siang bolong. Saya masih ingat persis kejadian siang itu. Di ruang dosen, saya diberitahu, dan dengan menahan tangis saya pulang. Fikiran kacau balau, nyesekkk. Saya masih dalam perjalanan pulang waktu itu,,masih di taman-taman kampus, tapi rasanya tidak sanggup lagi luapan air mata yang memaksa mengalir,,rasa nyesek semakin myesek. Akhirnya saya menangis, dipenggiran taman, saya tidak peduli kalau ada yang dilihat,,toh disini hal seperti itu sudah biasa,,banyak mahasiswa lain yang juga frustrasi lalu menangis di tempat umum. Saya telfon mama dan menceritakan semuanya sambil menangis. Ini pertama kalinya dalam hidup saya menangis di hadapan mama. Sesedih apapun, saya selalu berusaha tidak menampakkan langsung ke mama. Tapi hari itu, saya seperti didorong dari jurang ke lembah yang sangat dalam. Saya butuh pegangan, dan yang terfikir hanya mama. Pada akhirnya memang mama lah,,manusia yang selalu jadi tempat berpegang. Singkat cerita,,alhamdulillah saya bisa bangkit setelah melalui serangkain pertimbangan, ikhtiar, dan doa saya melanjutkan penelitian zaitun. Konsekuensinya, saya harus menggunakan biaya sendiri. Tabungan yang awalnya akan saya gunakan ketika selesai kuliah nanti (mau mulai nabung ceritanya buat beli rumah dan menghaji kan mama,,insyaAllah ada rezeki lain) akhirnya digunakan untuk biaya penelitian yang tidak murah. Belum lagi perjuangan bolak balik, Bogor-Depok dan Bogor-Serpong yang lumayan menguras biaya, waktu dan tenaga (tapi lumayan nambah pengalaman juga, mungkin di lain sesi saya kan cerita lebih banyak).

Bogor...teryata tidak sampai disitu saja perjuangan saya. Target awal untuk selesai 2 tahun..molor jauh. Sekarang saya sudah berada di ujung semester 5. Semua menjadi sangat berubah. Yang dulunya dapat uang bulanan dari om Dikti,,sekarang tidak lagi. Uang simpanan sudah habis untuk bayar SPP, bayar kos, tiket pesawat, dan beli laptop. Yang dulunya mau belanja bisa seenaknya saja,,sekarang harus berfikir beberapa kali dulu,,dikalkulasi dulu dengan kebutuhan sehari-hari. Saya benar-benar tidak ada penghasilan. Mau kerja, tidak tau mau kerja apa. Beberapa kali mama pernah kirim uang, itu malunya bukan main. Yang dulunya saya janji tidak akan menyusahkan mama kalau saya lanjut S2,,malah sekarang dikirimi uang. Sungguh saya tidak menginginkan situasi ini. Tapi ternyata semakin hari kondisi semakin buruk. Uang terus menipis, sementara progres tesis tidak ada. Ini resiko saya, memilih pembimbing yang perfeksionis (kalau tidak dibilang teralu sibuk sampai lupa sama mahasiswa bimbingan). Draft saya sering mengendap sampai dua bulan di meja dosen baru dikoreksi. Yaa ini adalah salah satu duka juga selama kulaih di Bogor, di php dan kena semprot dosen. Target untuk selesai Oktober 2015, nyatanya sudah terlewat jauh. Sekarang sudah Desember 2015 (alhamdulillah sudah ada jadwal seminar hasil tanggal 21 nanti), perjalanan untuk selesai nampaknya masih jauh. Apa harus bayar SPP lagi?? Bilang ke mama nya bagaimana?? Dapat uang dari mana??..pertanyaan-pertanyaan itu yang belakangan jadi mimpi buruk. Entah apa solusinya.

Bogor...malam ini tidak hujan, namun udara dinginnya masih tetap terasa. Malam ini seharusnya saya belajar untuk persiapan seminar, tapi sungguh sangat ingin menulis. Semoga pengalaman seminar nanti bisa saya ceritakan lagi dalam bab pengalaman menggembirakan di tulisan berikutnya.

Makassar...malam ini saya merindukan malamnya, anginnya, suasananya dan utamanya orang terkasih yang ada di sana,,mama dan adekku. Untuk mereka dan karena merekalah saya tetap berjuang dan tetap kuat sampai saat ini. Dari awal tujuan saya memang hanya satu, ingin sukses untuk bisa membahagiakan dan membanggakan mama. Selama ada di Bogor ini juga, Eki berubah banyak sikapnya ke saya, jadi lebih patuh dan menghargai saya. Semoga apa yang saya citakan segera tercapai. Meski saya sangat mencintai kota ini dan sudah menganggapnya rumah kedua,,tapi rasanya sudah cukup lama saya di sini, saya harus segera pulang, ke kota saya, ke tempat dimana seharusnya saya berada. Semoga bisa segera terwujud. Dan ketika itu terjadi,,Bogor akan tetap menyimpan sejuta kenangan, yang ketika orang menyebutkan nama kota ini maka seketika itu pula potret kenangan akan kota ini akan menyeruak. Tentang perjuangan, tentang persahabatan, tentang suka dan duka. Saat ini saya sedang menangis sambil menulis bagian ini, mungkin karena memang Bogor memang pantas untuk dikenang,,pantas untuk menjadi rumah kedua...

Bogor,,biarlah kau tetap menjadi bagian dari kenangan ku,,kini perlahan lepaskan lah aku untuk kembali ke kota ku,,masih banyak cita yang ingin saya capai,,namun tidak di dirimu Bogor.


Bogor, 9 Desember 2015 (pukul 22.25 WIB)

Alhamdulillah yahh...

Alhamdulillah...tidak ada lagi yang bisa kuucap selain kata itu
Akhirnya momen yang kutunggu-tunggu tiba,,
Delapan-Delapan memang jadi lucky numberku utk bulan ini
Sesuai harapan bisa ujian meja di angka cantik itu..
Alhamdulillah yahh :)

Ternyata mendekati hari H,,nervousx biasa2 aja
masih lebih nervous waktu seminar hasil (sokx deh)
Mungkin krn sdh 3 minggu berturut-turut liat temanku ujian meja
yahh,,atmosferx jadi g' terlalu menegangkan

Dan skali lagi dengan Alhamdulillah yang lebih besar lagi kuakhiri momen itu..